Kisah Sebuah Gitar

Pada
suatu malam, sang gitar yang tak kuasa menahan perasaannya pun melimpahkan
kekesalannya pada si gendang. “Wahai gendang, mengapa engkau dan diriku
diberlakukan berbeda?” tanya si gitar. “Berbeda apanya?” sang gitar malah balik
bertanya. “Ya jelas berbeda, kamu dibuat oleh-Nya begitu nikmat. Sampai-sampai
untuk dimainkan, engkau hanya perlu diketuk. Berbeda denganku yang dibuat
begitu tersiksa karena perlu digenjreng begitu
keras untuk dimankan. Aku merasa dipermainkan oleh-Nya!” “Hei gitar, apa-apaan
engkau berbicara seperti itu! Setiap makhluk milik-Nya itu dibuat untuk
memberikan manfaat! Kamu tidak boleh menggunjing diri-Nya hanya karena kamu tak
mampu bersyukur! Cepatlah engkau bertaubat!” nasihat sang gendang. Gitar
menyangkal dan berkata “Bagaimanapun aku muak diberlakukan seperti ini! Aku
muak dengan segala ucapanmu dan perlakuan Ibnu Batutah! Aku ingin pergi!”.
Mungkin akibat rasa kantuk, si gendang hanya menjawab “Sudahlah terserah kau..
Mari kita tidur”
Selang
beberapa menit setelah tertidur, datanglah sang perampok gurun pasir yang
berniat mencuri harta Batutah. Namun ‘Batutah si Miskin’ tidak memiliki harta
apapun. Oleh karena itu dibawalah sang gitar yang memang tampilannya paling
bagus, gitar pun terbangun dan berkata “Akhirnya aku dapat lepas dari Batutah.
Selamat tinggal! Aku akan bahagia dan dipajang di museum, hahaha!”
Namun
mimpi ialah mimpi, gitar itu hanya dijual ke pengamen jalanan dengan harga
murah. Harap-harap mendapat perlakuan baik, gitar malah diberlakukan sangat
jauh lebih kasar. Bahkan tidak jarang gitar tertempel rokok, sampai-sampai
kulitnya rontok! Menyesal-lah sang gitar, Ia hanya dapat berdoa kepada-Nya,
Yang Maha Pemurah. Ia berdoa, “Yaa Tuhan. Aku menyesal telah menginginkan
pergi. Aku menyesal telah sombong kepada-Mu. Aku menyesal tidak mensyukuri arti
hidup. Aku tidak bahagia disini, kembalikanlah aku kepada Batutah..”. Setiap
hari gitar berdoa menyesali perbuatannya di masa lampau. Ia ingin mengulang dan
membenarkan semua yang terlewat. Namun sayang dikata sayang gitar tak pernah
bertemu Batutah sampai akhir hayatnya.
Sahabat,
kisah ini mengajarkan kepada kita kesombongan tidaklah berguna untuk apa-apa.
Allah telah berfirman di dalam Al-Qur’an, “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu
memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah
(nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka azab-Ku
sangatlah berat” [QS. Ibrahim(14): 7]”. Ayat tersebut memerintahkan umat
manusia untuk senantiasa mensyukuri apa yang ada tanpa harus mengingkari segala
yang telah diberikan. Nafas, bahkan jasad kita tak dapat sempurna tanpa ada
kuasa-Nya. Sesungguhnya bagi saya, bersyukur dapat membukakan jalan kesuksesan.
Niatkanlah semua untuk, Ibadah.
1 komentar :
Good writing 🙆
Reply